PERHITUNGAN BIAYA PENGOLAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI KHAS DAERAH
Menghitung biaya produksi pengolahan makanan, diperlukan tahapan-tahapan proses perhitungan secara analisis sehingga hasil perhitungan dapat mengetahui dan menentukan kebijakan usaha yang dijalankan.
Tahap pertama
Mendata Biaya, yaitu Biaya Tetap (BT) atau Fixed Cost (FC) dan Biaya Tidak Tetap (BTT) atau Variable Cost (VC). Menyusun data sebaiknya dalam bentuk tabel, tujuannya adalah mempermudah pengelompokkan dan klasifikasi biaya yang dianalisis.
Tahap kedua
Menjumlahkan BT dengan BTT atau FC dengan VC untuk mengetahui besar biaya produksi yang dikerjakan, sehingga menghasilkan Total Biaya (TB). Manfaat dari TB tersebut adalah mengetahui besar Biaya Produksi yang dikerjakan dan nantinya akan menentukan Harga Pokok Produksi (HPP).
Rumusnya : BT + BTT = TB
Tahap ketiga
Harga Pokok Produksi (HPP) diperoleh dari Total Biaya (TB) yang dibahagi dengan Jumlah Produksi (JP). Bagaimana menentukan Jumlah Produksi (JP)? Jumlah produksi dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu pertama mengestimasi (perkiraan/memperkirakan) jumlah produksi yang akan diperoleh, kedua mengerjakan seluruh produksi kemudian jumlah produksi yang diperoleh secara nyata dengan pasti dapat membagi TB, sehingga diperoleh HPP.
Rumusnya : TB/JP = HPP
Tahap keempat
Setelah HPP diketahui maka yang harus ditentukan adalah Harga Jual (HJ). Harga Jual (HJ), diperoleh dari menjumlahkan HPP dengan hasil kali Profit (Pvt) dengan HPP.
Profit (Pvt) diperoleh dari beberapa cara, pertama bisa dengan menaksir besar keuntungan yang akan diperoleh. Ilmu ekonominya, bisa dengan cara Markup atau Margin. Menentukan bobot (dalam persen) keuntungan tersebut, biasanya diambil maksimal 50%.
Pertanyaannya, apakah boleh saya menentukan bobot/besar keuntungannya di atas 50%? Sah-sah saja. hanya kita masih memandang dan mempertimbangkan yang namanya faktor stratifikasi pendapatan masyarakat (penggolongan pendapatan; menengah ke bawah atau menegah ke atas atau dapat dikatakan kelompok orang miskin, berkecukupan, berkelebihan, berkelimpahan, dan kaya raya). Berikutnya faktor pengalaman usaha, apakah baru memulai usaha, cukup lama atau sudah lama sekali membuka usaha. Kemudian ada juga faktor kompetitor (pesaing), harga pesaing yang sudah banyak pelanggannya. Masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi besar keuntungan yang diperoleh.
Rumus : HJ = HPP + ( Pft% x HPP )
Tahap kelima
Pada tahap ke lima, menetukan Laba Kotor atau Laba Bruto (LB). Laba Bruto (LB) diperoleh dari hasil perkalian antara HJ dengan JP. Biasanya satuannya yang diperoleh adalah perhari. Jika dikalaikan 30 hari, maka keuntungan kotor yang diperoleh cukup besar. namun, perlu untuk diperhitungkan faktor biaya produksi, yaitu TB.
Rumus : LB = HJ x JP
Tahap keenam
Menentukan Keuntungan Bersih atau Laba Bersih atau Laba Netto (LN) adalah selisih hasil dari LB dengan TB.
Rumus : LN = LB - TB
Tahap ke tujuh
Menentukan Break Event Point (BEP) ada dua, yaitu BEP unit dan BEP rupiah.
BEP unit, dapat diperoleh dari menetuka besar Biaya Tidak Tetap per unitnya, caranya adalah hasil bagi anatara VC dengan JP
Rumus : VCu = VC/JP
BEP unit adalah Hasil bagi anatar FC dengan hasil selisih dari HJ terhadap VCu
Rumus : BEP unit = FC/(HJ-VCu)
Kemudian, untuk BEP rupiah diperoleh dari hasil kali BEP unit dengan HJ.
Rumus : BEP rupiah = BEP unit x HJ
Berikut ini adalah contoh perhitungannya
Berikut ini contoh perhitungan yang sesungguhnya, yaitu menghitung biaya produksi untuk makanan olahan nabati khas daerah Kalimantan Selatan. Kue Untuk-Untuk isi Unti
Selanjutnya, yang perlu diperhitungkan adalah harga beli dengan harga resep perlu dianalisis
Kemudian hitung total Biaya Tidak Tetap tersebut, bulatkan nilai desimalnya sehingga mencapai besar biaya dengan harga biaya yang bulat.
Kemudian Jumlahkan dengan Biaya Tetap (BT0 atau Fixed Cost (FC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar dan saran anda, GBU